PADA suatu hari satu perangkat pisau kerajaan hilang. Raja menuduh Pak Karim yang mengambilnya. Sebab, dialah yang bertanggung jawab atas peralatan dapur istana.
"Kenapa kau mengambilnya, Karim?" tuduh Raja.
"Hamba tidak mengambilnya Paduka. Sungguh....." jawab Pak Karim ketakutan.
Raja sudah terlanjur murka. Sebab, pisau itu adalah benda kesayangan istrinya. Raja akan menghukum Pak Karim. Tetapi mengingat jasa Pak Karim, Raja tidak memenjarakannya. Raja hanya mengusir Pak Karim dari istana.
Pak Karim amat sedih. Ia tak berani tinggal di kota. Orang-orang pasti ikut-ikutan menuduhnya sebagai pencuri.
"Kenapa Raja bisa sekejam ini padaku. Raja benar-benar tak mau mempercayai penjelasanku," gumam Pak Karim sedih.
Pak Karim berkelana dalam hutan. Ia makan apa saja yang ada disitu. Buah-buahan dan sayur-sayuran. Beberapa hari kemudian, ia sampai di sebuah sungai. Tepi sungai itu ditumbuhi tanaman bambu yang rimbun. Pak Karim beristirahat di bawahnya. Perutnya mulai lapar. Tetapi, ia tak menemukan sesuatu yang bisa dimakan. Tangannya mencongkel tanah yang gembur di dekatnya. Ia menyentuh batang bambu muda. Ia mengupas kulitnya. Dagingnya berwarna kuning.
"Mungkin bambu muda ini bisa kuolah menjadi makanan," gumamnya.
Pak Karim mulai memasak. Berkat pengalamannya, bambu muda itu dapat diolahnya mejadi sayuran lezat.
Di istana, Raja duduk dengan wajah muram. Ia menyesal telah mengusir Pak Karim. Pak Karim tidak bersalah. Rajalah yang bertindak gegabah. Pisau yang hilang itu sebenarnya telah dihadiahkan kepada seseorang. Raja lupa telah memberikan benda itu. Untuk menebus kesalahannya, Raja memerintahkan pengawal untuk mencari Pak Karim. Tetapi, mereka tidak berhasil menemukan Pak Karim.
Raja rindu pada masakan Pak Karim. Juru masak yang baru tidak sepintar Pak Karim. Raja bosan memakan masakan yang dihidangkan. Karena ingin makan lezat, Raja sampai membuat sayembara memasak. Tetapi, tak seorang pun bisa menandingi keahlian Pak Karim.
Seorang pengawal menghadap tergesa-gesa.
"Paduka, ada restoran baru di kota ini. Masakannya lezat. Lebih-lebih yang disebut sayur rebung. Rakyat amat menyukainya. Mereka sampai antri kalau memesannya," lapor pengawal.
Raja langsung tertarik.
"Panggil juru masak restoran itu ke sini. Perintahkan untuk menghidangkan sayur rebung di istanaku ini," titah Raja.
Tak lama pengawal itu pun kembali. Ia membawa juru masak ke istana. Juru masak segera menyiapkan masakan istimewanya. Sayur rebung.
Raja mencicipi masakan itu.
"Hm, lezat!" seru Raja sambil mencicipinya. "Panggil juru masak itu untuk menghadapku!"
Juru masak muncul di hadapan Raja.
"Kau siapa? Sungguh lezat masakanmu!" puji Raja.
"Terima kasih, Paduka. Hamba gembira, Paduka menyukai masakan saya," ujar juru masak pelan.
Raja seperti pernah mengenal suara itu. Raja lalu mengamati orang itu dengan lebih cermat.
"Karim! Kaukah itu?"teriak Raja gembira.
"Ampun, Paduka. Hamba memang Karim!"
"Tengadahlah, Karim!" perintah Raja.
Pelan-pelan Karim mengangkat kepalanya.
"Karim, maukah kau kembali ke istanaku lagi?" tanya Raja penuh harap.
"Hamba tidak pantas menerima kebaikan Paduka."
"Jangan begitu, Karim. Kau tidak salah. Akulah yang gegabah. Aku menuduhmu tanpa mencari bukti terlebih dahulu. Kumohon, tinggallah di istanaku lagi," pinta Raja.
Pak Karim terharu mendengar pengakuan Raja. Ia tak tega menolak kebaikan Raja. Sejak saat itu, Pak Karim menjadi juru masak istana lagi. Dan, sayur rebung penemuannya amat disukai oleh Raja dan rakyatnya.
Sumber: Majalah Bobo, no.19 Tahun XVII - 19 Agustus 1989
0 comments:
Posting Komentar