Sabtu, 05 November 2011

GARA-GARA SAKIT GIGI

Dokter Rosarito sedang menaikkan tirai jendela ruang prakteknya, ketika tiba-tiba ada seorang pria membuka pintu dengan kasar. Pria bertubuh tinggi besar dengan wajah brewok, berdiri di ambang pintu. Lelaki itu ternyata seorang penjahat paling berbahaya di kota Roma.


SAYA ingin berobat, Dok. Gigi saya sakit sekali! Sekarang juga Dokter harus merawat gigi saya. Saya akan membayar tinggi untuk Anda," kata pria itu sambil memegang salah satu pipinya yang bengkak. Sesaat sang Dokter memperhatikan wajah pria di hadapannya, kemudian katanya, "Maaf, tetapi Anda harus menunggu ...."


"Jangan biarkan saya menunggu, Dokter!" katanya cepat. Salah satu tangannya merogoh saku jas. Sesaat kemudian ia mengeluarkan sepucuk pistol. "Saya tak ingin membuat kesulitan pada Anda," katanya dengan sorot mata tajam. "Tetapi jika terpaksa ..."


"Anda akan membunuhku? Seperti yang Anda lakukan terhadap dokter penjara, Saudara Camulpo?" sahut Dokter Wanita itu.


Pria itu nampak terkejut.


"Jadi Anda telah mengenalku, Dokter?"


"Ya. Wajah Anda terpampang di halaman surat kabar di kota ini. Dan Anda melarikan setelah membunuh dokter penjara," kata sang Dokter berusaha tetap tenang.


"Baiklah, itu memang benar," kata Camulpo kemudian. "Kupikir ada baiknya Anda mengetahui siapa diriku ini. Sekarang, bersiaplah untuk mencabut gigiku. Aduh ... Aduh ..."


Dokter Rosarito berdiri tanpa melakukan sesuatu yang diminta penjahat itu. Sebenarnya ia merasa iba melihatnya. Tetapi, bila ia mengingat, bahwa orang yang dihadapannya itu penjahat yang berbahaya bagi penduduk kota Roma, maka ia memendam perasaan itu.


"Mengapa Anda hanya berdiri saja?" bentak Camulpo. "Cepat kerjakan perintahku!" Pistolnya ditodongkan ke arah dada sang Dokter.


Sang Dokter hanya tersenyum, kemudian mulai menyiapkan peralatan prakteknya. Sementara Camulpo mengikuti gerak-gerik sang Dokter dengan ujung laras pistolnya.


"Silakan Anda duduk disini," kata sang Dokter sambil memegang jarum suntik. "Anda akan saya suntik dahulu, agar sakit giginya hilang. Kemudian saya akan mencabut gigi Anda."


Dengan patuh Camulpo menuruti perintah Dokter Rosarito. Namun, pistolnya tetap ditujukan ke dada sang Dokter. Sementara sakit giginya sudah mulai hilang. Ya, Camulpo merasa giginya sudah tak sakit lagi.


"Nah, sekarang berbaringlah di sana," kata sang Dokter sambil menunjuk ke arah tempat tidur kecil, yang terletak di ruangan dalam. "Saya akan mempersiapkan alat-alat untuk mencabut gigi Anda."


Camulpo tersenyum senang, ketika melihat tempat tidur kecil itu. Nampaknya sangat nyaman, bila ditiduri. Selama sekian tahun Camulpo mendekam di penjara, tak pernah ia melihat tempat tidur yang begitu bersih, rapi dan empuk. Dan tentu saja ia tak menolak membaringkan tubuhnya di sana.


"Saya sudah siap, Dok," katanya sambil tersenyum senang. Pistolnya kemudian dimasukkan kedalam saku jas. Dokter Rosarito telah siap dengan alat pencabut gigi.


"Tetapi agak sedikit sakit," kata sang Dokter. "Karena itu Anda akan saya ikat, agar saya bisa bekerja dengan baik."


Mendengar ucapan sang Dokter, Camulpo menjadi berang kembali.


"Apa? katanya. "Jangan coba-coba menipuku, Dokter! Saya tahu Anda akan menyerahkan diri saya, jika saya sudah terikat. Cepat! Kerjakan tugas Anda! 
Saya tak akan berontak, hanya karena gigi saya dicabut. Mengerti!" kemudian Camulpo membaringkan diri kembali. "Ayo, cepat cabut gigi saya!"


Dan ia rupanya tak merasa sakit, ketika giginya sungguh-sungguh dicabut. Bahkan ia tetap berbaring tenang, hingga akhirnya tertidur. Dengan tenang, tanpa terburu-buru Dokter Rosarito membereskan peralatan prakteknya. Kemudian ia mengangkat telepon, yang terletak di atas meja kerjanya.


"Halo, di sini Dokter Rosarito. Harap segera datang kemari dengan ... Apa? Tidak usah banyak-banyak! Cukup satu atau dua orang saja. Ia sama sekali tidak berbahaya. Ya, ia sedang tidur nyenyak dan mungkin sedang bermimpi. Ia sudah kubius tadi. Terima kasih."


Beberapa saat kemudian, terdengar sirene mobil polisi datang. Dua perwira polisi muncul di ambang pintu. Mereka memperkenalkan diri sebagai petugas yang dikirim untuk menangkap buronan berbahaya itu. Dan mereka membawa Camulpo tanpa perlawanan sedikit pun. Sementara Dokter Rosarito memperhatikan mereka dengan perasaan lega. Tapi ia begitu ketakutan menghadapi Camulpo. Namun, ia berusaha tenang, hingga menemukan cara yang membuat si penjahat tak berdaya. Ya, seorang dokter pun bisa menangkap seorang penjahat tak berdaya. Ya, seorang dokter pun bisa menangkap seorang penjahat berbahaya dengan cara yang cukup sederhana.


Source: Majalah Bobo no. 50 - 19 Maret 1988

0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...