Pada suatu hari keduanya bertemu disuatu tempat. Seperti biasa, keduanya lalu bercerita tentang pengalaman masing-masing.
"Selama berkelana rasanya baru kali ini aku melihat seekor binatang yang sangat menjijikkan!" cerita pengembara pertama.
"Hei, binatang apa yang kau maksud?" tanya pengembara kedua ingin tahu.
"Binatang itu namanya bunglon. Aku melihatnya di bawah daun waru. Badannya panjang, berkaki empat. Ekornya pun panjang, serta lidahnya sering menjulur mengintai mangsa. Dan yang paling menjijikkan, warnanya itu biru tua menggelikan!"
"Oooo ... jadi binatang itu yang kau maksud?" tanya pengembara kedua, "aku juga pernah melihatnya sedang bertengger disebuah tanggul sawah. Betul orang menyebutnya bunglon. Tapi rasanya kau salah melihat warnanya. Karena warna binatang itu bukan menjijikkan, tapi hijau kemilau!"
Mendengar ucapan sahabatnya itu si pengembara pertama merasa tersinggung.
"Ah, mana mungkin aku salah melihat. Mataku masih normal. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri binatang itu berwarna biru!"
"Tetapi setahuku tidak ada bunglon yang berwarna biru," bantah pengembara kedua, "yang pasti warnanya hijau!"
"Biru!"
"Hijau!"
Demikianlah keduanya saling berbantah mempertahankan pendapatnya masing-masing. Keduanya nyaris baku hantam, kalau tidak muncul seorang kakek yang kebetulan lewat disitu.
"Hei, ada apa ini?" tanya si Kakek seraya melerai kedua pengembara yang telah saling mengepal tinju itu.
"Kenapa kalian hendak berkelahi?"
Lalu kedua pengembara itu segera menceritakan duduk perkara yang sebenarnya. Setelah mendengar penjelasan kedua pengembara itu, Kakek itu mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
"Kapan kau melihat binatang itu?" tanya si Kakek pada pengembara pertama.
"Dan kau?" tanya si Kakek pada pengembara kedua.
Si Kakek tersenyum sambil menatap kedua pengembara itu bergantian. Lalu ia berkata, "Karena kalian berdua melihat binatang itu pada waktu yang berbeda, tentu saja pendapat kalian itu berbeda juga. Karena binatang itu memang pandai mengubah warna kulitnya sampai enam kali dalam sehari."
Setelah mendengar penjelasan dari Kakek itu barulah kedua pengembara itu mengerti.
"Nah, sekarang lanjutkanlah perjalanan kalian berdua. Janganlah cepat mengeluarkan suatu pendapat sebelum kalian mengetahui persoalan yang sebenarnya."
kedua pengembara itu pun segera melanjutkan perjalanannya dengan hati puas. Karena mereka telah memperoleh sebuah pengalaman yang sangat berharga.
Source: Majalah Bobo, NO.25 - 27 September 1986.
0 comments:
Posting Komentar