Selasa, 05 Juli 2011

USUL JIMMY

Kisah ini terjadi sekitar awal tahun 1800-an, ketika serombongan kereta serombongan kereta tertutup melintasi daerah-daerah gersang menuju ke daerah Barat (Amerika). Rombongan terdiri dari para keluarga yang sedang mencari daerah pemukiman baru yang subur disana. Salah satu dari rombongan adalah Ethan Potter dari Ohio, disertai anak lelakinya, Jimmy yang sudah menginjak remaja. Sementara ayahnya mengendalikan kuda, Jimmy membaca.


UJAR ayahnya, "Kau ini memang aneh. Masa membaca di atas kereta yang berjalan terguncang-guncang begini?"


"Soalnya bukunya bagus, Ayah," sahut Jimmy. "Tentang percobaan-percobaan ilmu ukur." Ia pun menunjukkan buku yang dibacanya kepada ayahnya. Sang Ayah melirik, tapi ia tak terkesan apa-apa dengan buku yang ditunjukkan ayahnya. Ia hanya mengguncangkan bahu, lalu meneruskan pekerjaanya.


Malam harinya, rombongan berkemah. Api unggun yang menyala-nyala dikelilingi anggota rombongan. Mereka bernyanyi menghibur diri. Kecuali Jimmy, yang menekuni buku yang dibacanya dengan penerangan api unggun yang temaram.


Ayahnya mulai jengkel terhadapnya. Serunya, "Jimmy, taruh bukumu. Cari kayu bakar. Lihat api sudah hampir padam." 


Sahut anaknya, "Tunggu sebentar biar saya selesaikan membacanya satu bab saja."


Sang Ayah mendesah. Di goyangkannya bahunya, namun dengan sabar menunggu sampai Jimmy beranjak dari tempat duduknya. Rekan-rekan seperjalanan mengamati tingkah Jimmy yang sulit dipisahkan dari bukunya.


Esok harinya, pagi-pagi benar, perjalanan diteruskan. Menjelang tengah hari sampailah rombongan di tepi sebuah sungai. Sungai Sanchee meskipun tidak begitu lebar, tapi arusnya kuat. Perjalanan menyebrangkan kereta melintasi sungai itu cukup sulit dan berbahaya. Jalan satu-satunya adalah menyeberangkannya dengan dinaikkan rakit.


Buck Osmond, pimpinan sebuah kereta, memberi usul, "Kita rentangkan tali dari tepian sini ke tepian seberang, masing-masing ujungnya kita ikatkan pada sebatang pohon yang kokoh. Rentangan tali itu untuk titian penyeberangan."


"Tapi Buck, harus ada yang membawa tali ke seberang," sahut Potter. 
"Arus sungai cukup deras."


"Ya, siapa lagi yang muda dan kuat, kalau bukan Jimmy, anakmu?" sahut Buck Osmond, kedua ujung bibirnya menurun. Senyumnya terasa mengejek. 


Jimmy, yang sedang membolak-balik halaman buku terkejut. Sahutnya, "Saya? Tapi ... tapi saya tidak bisa berenang!"


Terdengar gelak tawa mereka yang mendengarnya. Ethan Potter menunduk malu. Pete Thownsend, rekan dari kereta lain, menepuk-nepuk bahunya. Katanya, "Diamkan saja, Ethan. Memang Buck suka bercanda. Biar aku yang akan membawa tali ke seberang."


Meskipun agak mendapat kesulitan, tapi akhirnya Pete bisa membawa ujung tali ke seberang. Di tambatkannya ujungnya pada sebatang pohon yang terkuat disitu. Di seberang lain, sebuah kereta dinaikan ke atas rakit. Dan dengan seutas tali yang kuat pula, rakit digandengkan dengan tali titian, dengan bagian ujung dibentuk simpul longgar dipasang pada tali titian.


Maka rakitpun dikayuh ke seberang. Tapi ternyata arus sungai sangat kuat. Sehingga belum beranjak jauh dari tepian ketika tali penahan rakit putus. 


Kereta bersama pengiringnya pun tercebur ke sungai.


Dengan susah payah seluruh anggota rombongan menyelamatkan kereta itu.


Kini, apa yang harus mereka perbuat? Buck Osmond lagi-lagi memberi usul, "Kita tak bakal bisa mengarungi sungai dengan membawa kereta. Yah, jalan satu-satunya kita mencari jalan memutar."


Sahut Ethan Potter, "Tapi kapan kita akan sampai tujuan? Jaraknya lebih jauh 700 km. Lihat, persediaan makanan kita sangat terbatas. Dan akan lebih celaka jika kita terhalang pegunungan setelah musim dingin tiba ..."


Tiba-tiba muncul Jimmy, dengan gagasannya, Katanya, "Ayah saya tahu cara menyeberangkan kereta lewat sungai dengan aman."


"Kau?" sahut Buck Osmond, seringainya kelihatan lebih lebar. "Kau mau mengangkut kereta-kereta itu menyeberang dengan tenagamu yang macam Samson itu?'


"Bukan, Pak Buck," sahut Jimmy tenang, meskipun ia agak tersinggung diejek macam Samson itu?"


"Bukan, Pak Buck," sahut Jimmy tenang, meskipun ia agak tersinggung diejek macam begitu. "Menurut buku yang saya baca .."


Terdengar seruan, "Huu!" dari mereka yang mendengarnya. Tapi Jimmy tak memperdulikannya. Ia meneruskan kata-katanya, "Menurut buku ilmu ukur yang saya baca, tali putus oleh karena menentang arus. Betapa pun kuatnya tali, tapi arus sungai lebih kuat."


Sergah Buck Osmond, "Lalu apa kita harus menghentikan arus sungai? Itu sudah kodrat alam, Jim."


"Baiklah, saya jelaskan," kata Jimmy, kemudian ia menggambar sebuah denah ditanah. "Salah sebuah ujung tali kita ikatkan ke sebatang pohon yang kuat di seberang. Sementara ujung satunya kita ikatkan pada rakit yang akan membawa kereta. Selama persiapan, rakit kita tambatkan pada sebatang pohon di sini dengan seutas tali panjang pula. Jika tali penambat kita ulur, maka rakit pun akan dibawa arus, berjalan menyerong ke tepi seberang, dengan pohon pengikat sebagai sumbunya ...."


Gagasan Jimmy Potter memang masuk akal. Dan setelah dilaksanakannya, hasilnya memang seperti apa yang diharapkan. Semua kereta, yang jumlahnya enam buah, berhasil di bawa menyeberang dengan selamat. Dan malam harinya, anggota rombongan sudah membuat api unggun di tepi seberang. Mereka pun tidak pernah menunjukkan wajah mengejek jika Jimmy Potter sedang membaca buku.


Source: Majalah Bobo, no.22 - 6 September 1986





0 comments:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | 100 Web Hosting
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...